Ada dua tokoh utama di balik peperangan ini, yaitu akal dan nafsu. Mereka berdua sangat berpengaruh, bahkan diakui oleh seluruh pejabat dan rakyat kerajaan itu. Mereka sama-sma kuat, mereka silih berganti memenangkan perang itu. Namun dalam satu waktu hanya ada satu tokoh saja yang lebih kuat. Walaupun begitu mereka tidak mampu membunuh salah satunya, karena sebetulnya mereka saling membutuhkan satu sama lain. Mereka hanya bisa melemahkan dan memperbudak salah satunya.
Ketika nafsu menang, akal akan diperbudak. Akal hanya dijadikan alat untuk memikirkan segala cara demi memenuhi segala keinginan nafsu. Akal dipaksa untuk bekerja keras, dia tidak pernah istirahat bahkan dalam waktu tidurnya. Karena begitu satu keinginan nafsu terpenuhi, keinginan nafsu yang lain segera muncul. Dengan begitu, akal menjadi sakit dan lemah. Tinggal nafsu tertawa keras sambil berkata “Kerajaan ini milikku!”
Walaupun begitu nafsu tidak pernah menemukan kata puas.
Ketika akal menang, nafsu dijadikannya sahabat. Dengan diplomasi akal, nafsu dapat dikendalikan. Akal menggunakan nafsu sebagai penggerak kehidupan, tentu kehidupan yang sesuai dengan aturan akal sehat. Akal pun tersenyum bijaksana sambil berkata, “Kerajaan ini milik kita!”
Namun, pada orang awam hal ini jarang terjadi, kalaupun terjadi biasanya tidak lama.
Perang ini tidak pernah berakhir. Ada sebuah catatan penting dari perang ini: memang akal dan nafsu silih berganti menjadi pemenang, tapi semakin sering menang dia juga akan semakin kuat. Maka munculah kebiasaan yang nantinya akan menjadi karakter. Sehingga konon, perang ini telah banyak menghasilkan orang jahat. Itu memang kabar buruk, kabar baiknya adalah: perang ini pun menghasilkan orang bijak, juga orang sukses.
Motivasi Dari Orang Sukses
Urusan kita dalam kehidupan bukanlah untuk melampaui orang lain, tetapi untuk melampaui diri sendiri, untuk memecahkan rekor kita sendiri dan untuk melampaui hari kemarin dengan hari ini.
(Stuart B. Johnson)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar